ULANGAN HARIAN

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdQUyr8cGIzhUwqd393StKLjG-h_wcUpHrbb5ippne1DbNTpw/viewform?usp=sf_link

Minggu, 01 Desember 2019

Analisis Sanad: Mengcounter Pendapat yang Menggerak-gerakkan Telunjuk

Oleh: Kang Hasbi Habibi Achmad Asy-Syarkowi

Riwayat yang menyebutkan tentang isyarat jari telunjuk dengan digerak-gerakkan ketika tasyahud jika kita buka beberapa kitab-kitab hadits, maka akan kita temukan titik masalahnya. Maka dalam kajian bedah masalah ini penulis menggunakan studi komparatif dari bebera rujukan kitab-kitab hadits melalui analisis sanad. Untuk lebih jelasnya mari kita kaji dengan kepala dingin, bukan fanatisme golongan (ashobiyyah) yang dikedepankan!

a. Riwayat yanga tidak ada tambahan kalimat yuharrikuha
1. Melalui jalur Bisyr Ibnu Al-Mufadhal
 Informasi dari Bisyr Ibnu Al-Mufadhal dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr.
 Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya melihat shalat Rasulullah Saw mulai dari berdiri menghadap kiblat, takbiratul ihram sampai sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut:
...ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُسْرٰى وَحَدَّ مِرْفَقَهُ الْأَيْمَنَ عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَقَبَضَ ثِنْتَيْنِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً وَرَأَيْتُهُ يَقُوْلُ هٰكَذَا، وَحَلَّقَ بِشْرٌ الْإِبْهَامَ وَالْوُسْطٰى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ.
"…Kemudian Nabi Saw duduk, lalu menduduki kaki kirinya dan meletakkan tangan kiri di atas paha kirinya serta merenggamkan sikut kanannya pada paha kanannya, dan beliau menggenggam kedua jari (jari kelingking dan jari manis) serta membentuk seperti suatu lingkaran. Aku –kata sahabat Wa'il– melihat beliau melakukan seperti ini. Lalu Bisyr Ibnu Al-Mufadhal mempraktikkan gambaran membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari tengah seraya memberi isyarat dengan telunjuk." 

2. Melalui jalur Syu'bah bin Al-Hajjaj
Informasi dari Syu'bah Ibnu Al-Hajjaj dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami.
Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya shalat di belakang Rasulullah Saw, mulai dari takbiratul ihram sampai meletakkan tangan ketika sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut:
... وَفَرَشَ فَخِذَهُ الْيُسْرٰى مِنْ الْيُمْنٰى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ.
"…Dan Nabi Saw menduduki paha sebelah kirinya dari paha sebelah kanannya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya." 

3. Melalui jalur Sufyan Ats-Tsauri
Informasi dari Sufyan Ats-Tsauri dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr sebagai berikut:
أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ فَفَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ ذِرَاعَيْهِ عَلٰى فَخِذَيْهِ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ يَدْعُوْ.
"Sesungguhnya Wa'il bin Hujr melihat Nabi Saw duduk dalam shalat, -maka pada saat tasyahud-, beliau menduduki kaki kirinya dan meletakkan kedua lengannya di atas kedua pahannya, serta beliau memberi isyarat dengan telunjuk sambil berdoa." 

4. Melalui jalur Sufyan Ibnu 'Uyainah
Informasi dari Sufyan Ibnu 'Uyainah dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr.
Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya melihat Rasulullah Saw, mulai dari mengangkat tangan saat takbiratul ihram sampai rukuk dan sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut:
...وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ أَضْجَعَ الْيُسْرٰى وَنَصَبَ الْيُمْنٰى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَنَصَبَ أُصْبُعَهُ لِلدُّعَاءِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُسْرٰى، قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ مِنْ قَابِلٍ فَرَأَيْتُهُمْ يَرْفَعُوْنَ أَيْدِيَهُمْ فِي الْبَرَانِسِ.
"…Dan ketika Nabi Saw duduk pada rakaat kedua, beliau memiringkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanan, dan beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya sambil menegakkan jari (telunjuk)nya untuk berdoa, dan beliau meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya." Wa'il berkata, "Kemudian aku datang menemui mereka (para sahabat Nabi) di kesempatan berikutnya, maka aku melihat mereka mengangkat kedua tangan mereka pada kain burnus (kain yang biasa dipakai untuk menutup kepala –karena musim dingin)." 

5. Melalui jalur Abdullah Ibnu Idris
Informasi dari Abdullah Ibnu Idris dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr.
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ حَلَّقَ بِالْإِبْهَامِ وَالْوُسْطٰى وَرَفَعَ الَّتِي تَلِيْهِمَا يَدْعُوْ بِهَا فِي التَّشَهُّدِ.
"Saya –kata Wail– telah melihat Rasulullah Saw melingkarkan ibu jari dengan jari tengahnya, dan beliau mengangkat jari yang mengiringinya (jari telunjuk) seraya berdoa mengikuti jari telunjuk itu dalam tasyahud." 

6. Melalui jalur Abdul Wahid Ibnu Ziyad
Informasi dari Abdul Wahid Ibnu Ziyad dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami.
Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya melihat Rasulullah Saw shalat, mulai dari berdiri menghadap kiblat, takbiratul ihram sampai sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut: 
... فَلَمَّا قَعَدَ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرٰى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ حَدَّ مِرْفَقِهِ عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَعَقَدَ ثَلَاثِيْنَ وَحَلَّقَ وَاحِدَةً وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ.
"… Maka ketika Nabi Saw duduk, beliau menduduki kaki kirinya dan meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya, dan beliau meletakkan sikutnya secara renggang di atas paha kanannya, serta beliau membentuk lengkungan angka tigapuluh (dengan menggenggamkan jari tengah, jari manis dan jari kelingking) dan melingkarkan ibu jari seraya memberi isyarat dengan jari telunjuknya."  

7. Melalui jalur Zuhair Ibnu Mu'awiyah
Informasi dari Zuhair Ibnu Mu'awiyah dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami.
Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya melihat Rasulullah Saw shalat, mulai dari berdiri, mengangkat kedua tangan untuk takbiratul ihram sampai sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut: 
...ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرٰى عَلٰى رُكْبَتِهِ الْيُسْرٰى -فَخِذِهِ فِي صِفَةِ عَاصِمٍ- ثُمَّ وَضَعَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَقَبَضَ ثَلَاثًا وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَأَيْتُهُ يَقُوْلُ هٰكَذَا وَأَشَارَ زُهَيْرٌ بِسَبَّابَتِهِ الْأُوْلَى وَقَبَضَ إِصْبَعَيْنِ وَحَلَّقَ الْإِبْهَامَ عَلٰى السَّبَّابَةِ الثَّانِيَةِ.
"…Kemudian Nabi Saw duduk, lalu beliau menduduki kaki kirinya dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas lutut kirinya –tepatnya pada kirinya sesuai yang diilustrasikan oleh 'Ashim bin Kulaib– serta beliau meletakkan sikutnya kanannya secara renggang di atas paha kanannya, dan beliau menggenggam tiga jari (jari tengah, hari manis dan jari kelingking) serta membentuk sebuah lingkaran (dengan menyatukan ibu jari dan jari tengah). Aku –kata Wa'il– melihat Nabi Saw melakukan seperti ini. Zuhair memberikan gambaran isyarat dengan telunjuk kanannya, menggenggamkan kedua jarinya dan melingkarkan ibu jarinya dengan jari tengahnya." 

8. Melalui jalur Khalid Ibnu Abdullah Ath-Thahhan
Informasi dari Khalid Ibnu Abdullah Ath-Thahhan dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami.
Sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat Rasulullah Saw, mulai dari berdiri untuk shalat, takbiratul ihram sampai sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut: 
...ثُمَّ جَلَسَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ الْيُسْرٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُسْرٰى وَمِرْفَقَهُ الْيُمْنٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى ثُمَّ عَقَدَ الْخِنْصَرَ وَالْبِنْصَرَ ثُمَّ حَلَّقَ الْوُسْطٰى بِالْإِبْهَامِ وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ.
"…Kemudian Nabi Saw duduk, lalu beliau meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya dan meletakkan sikut kanannya di atas paha kanannya, lalu beliau menggengamkan jari kelingking dan jari manis, lalu beliau melingkarkan jari tengah dengan ibu jari dan memberi isyarat dengan telunjuk." 

9. Melalui jalur Muhammad Ibnu Fudhail
Lafadz hadits yang diterima Muhammad Ibnu Fudhail dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami.
Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya melihat Rasulullah Saw shalat, maka pada saat duduk tasyahud ia menceritakan sebagai berikut: 
...فَلَمَّا جَلَسَ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُسْرٰى ثُمَّ وَضَعَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى ثُمَّ عَقَدَ يَعْنِي ثِنْتَيْنِ ثُمَّ حَلَّقَ وَجَعَلَ يُشِيْرُ بِالسَّبَّاحَةِ يَدْعُوْ.
"…Maka ketika Nabi Saw duduk, beliau menduduki kaki kirinya, lalu meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya, lalu meletakkan sikut kanannya secara renggang di atas paha kanannya, lalu beliau menggenggamkan dua jari (jari kelingking dan jari manis), lalu melingkarkan –jari tengah dengan ibu jari, dan beliau memberikan isyarat dengan telunjuknya seraya beliau berdoa."  

10. Melalui jalur Abu Al-Ahwash Salam Ibnu Sulaim
Informasi dari Abu Al-Ahwash Salam Ibnu Sulaim dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami.
Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya shalat di belakang Rasulullah Saw, mulai dari pembukaan shalat, membaca takbiratul ihram sampai ruku dan sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut:
...ثُمَّ سَجَدَ فَافْتَرَشَ قَدَمَهُ الْيُسْرٰى فَقَعَدَ عَلَيْهَا قَالَ: ثُمَّ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى وَيَدَهُ الْيُسْرٰى عَلٰى فَخِذِهِ الْيُسْرٰى وَجَعَلَ يَدْعُوْ هٰكَذَا يَعْنِي بِالسَّبَّابَةِ يُشِيْرُ بِهَا.
"…Kemudian Nabi Saw duduk, lalu beliau menghamparkan telapak kaki kirinya lalu beliau menduduki telapak kaki kirinya itu". Sahabat Wa'il berkata, "Kemudian beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya, dan meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya, dan beliau memberikan isyarat seraya berdoa, yakni isyarat dengan telunjuknya."  

11. Melalui jalur Abu 'Awānah
Informasi dari Abu 'Awānah dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il Al-Hadhrami.
Setelahnya sahabat Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya melihat Rasulullah shalat, mulai dari berdiri menghadap kiblat, takbiratul ihram sampai sujud, lalu ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut:
...ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى ثُمَّ دَعَا وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرٰى عَلٰى رُكْبَتِهِ الْيُسْرٰى وَكَفَّهُ الْيُمْنٰى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنٰى وَدَعَا بِالسَّبَّابَةِ.
"…Kemudian Nabi Saw duduk, lalu beliau menduduki kaki kirinya lalu berdoa, dan beliau meletakkan telapak tangan kirinya di atas lutut kirinya, serta meletakkan telapak tangan kanannya di atas lutut kanannya seraya berdoa dengan isyarat telunjuk." 

b. Riwayat yang ada tambahan kalimat yuharrikuha
Informasi dari Zaidah Ibnu Qudamah dari 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami.
Setelahnya Wa'il bin Hujr menceritakan tata cara gerakan shalat berdasarkan pengalamannya melihat Rasulullah Saw, sejak mulai berdiri lalu takbiratul ihram sampai sujud, kemudian ia melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut:
....ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرٰى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرٰى عَلٰى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرٰى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلٰى فَخِذِهِ الْيُمْنٰى ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ، فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا.
".... Kemudian Nabi Saw duduk, dan menduduki kaki kirinya, dan beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha dan lutut kirinya, serta beliau merenggangkan sikut kanannya di atas paha kanannya, lalu beliau menggenggam kedua jari (jari kelingking dan jari manis) dan membentuk suatu lingkaran (dengan melingkarkan jari tengah dengan ibu jari), lalu mengangkat jari telunjuknya. Maka aku melihat Nabi Saw menggerak-gerakkan jari telunjuknya itu seraya berdoa dengan mengarah pada telunjuk." 

Untuk membedah masalah yang kita kaji, coba perhatikan kalimat yang ditebalkan (bold)! Dalam analisis penulis, kalimat tersebut adalah kalimat tambahan dari perawi yang bernama Zaidah Ibnu Qudamah , yang menyandarkan riwayatnya pada 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya dari sahabat Wa'il bin Hujr Al-Hadhrami. Sementara tambahan tersebut jelas telah menyelesihi para perawi lain yang tsiqat (kredibel), yakni Bisyr Ibnu Al-Mufadhal, Syu'bah Ibnu Al-Hajjaj, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan Ibnu 'Uyainah, Abdullah Ibnu Idris, Abdul Wahid, Zuhair Ibnu Mu'awiyah, Khalid Ibnu Abdullah, Muhammad Ibnu Fudhail, Abu Al-Ahwash Salam Ibnu Sulaim, dan Abu 'Awānah. Kesebelas perawi tersebut acapkali digunakan pula dalam periwayatan Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya.
Selanjutnya bagaimana mengcounter pendapat yang mengatakan bahwa Zaidah Ibnu Qudamah itu kan orangnya tsiqat (kredibel) dalam meriwayatkan hadits, mengapa dalam isyarat telunjuk ketika tasyahud kita tidak mengambil riwayat tersebut?
Memang perawi yang bernama Zaidah bin Qudamah orangnya tsiqat (kredibel), namun berkenaan dengan masalah memberi isyarat dengan telunjuk, yang secara bersendirian ia meriwayatkan dengan ada tambahan kalimat "yuharrikuha" (menggerak-gerakkan telunjuk). Dalam konteks ini, berarti ia telah menyelisihi beberapa perawi tsiqat lain yang jumlahnya lebih banyak –yang tidak menyebutkan tambahan "yuharrikuha". Sehingga dalam ilmu hadits, hadits demikian dikategorikan sebagai hadits yang syad (janggal). Adapun definisi hadits syad adalah sebagai berikut:
الشَّاذُّ أَنْ يَرْوِيَ الثِّقَةُ حَدِيْثًا يُخَالِفُ فِيْهِ النَّاسَ.
"Hadits syad (janggal) adalah hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang tsiqat (kredibel), namun haditsnya menyelisihi riwayat kebanyakan orang". 

Mengenai hadits syad ini, ulama ahli hadits Imam Abu Ya'la Al-Khalili menjelaskan bahwa periwayatannya mesti didiamkan dan tidak dapat dijadikan hujjah. Sehingga dalam masalah yang kita bedah, maka menggerak-gerakkan jari telunjuk ketika tasyahud tidak dapat dijadikan hujjah yang mesti kita laksanakan, karena riwayatnya syad.
Lalu bagaimana mengcounter pendapat yang menyatakan bahwa riwayat yang menyebutkan telunjuk mesti digerak-gerakkan merupakan takhsish (penjelasan khusus) atas riwayat yang menjelaskan isyarat dengan telunjuk yang lafadznya masih 'ām (bersifat umum)?
Penulis katakan bahwa riwayat yang shahih dan perawinya juga banyak tidak bisa di-takhsis dengan riwayat yang syad, yang perawinya menyendiri. Begitu juga kaidah "Al-mutsbit muqaddamun 'ala an-nāfi (mengedepankan riwayat yang menetapkan daripada riwayat yang meniadakan) tidak dapat dijadikan argumen dalam menetapkan jari telunjuk digerak-gerakkan ketika tasyahud. Dalam masalah ini justru mengedepankan hadits yang validitasnya shahih dengan diriwayatkan oleh orang banyak mesti kita dahulukan daripada riwayat yang hanya dikemukakan oleh seorang diri walau dianggap tsiqat.  

Simpulan
Hadits yang diriwayatkan oleh perawi tsiqat (kredibel) yang jumlahnya banyak validitasnya lebih teruji daripada yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi walau tsiqat. Dengan ini maka riwayat yang tanpa ada tambahan yuharrikuhā kebenarannya lebih teruji daripada riwayat yang ada tambahan yuharrikuhā. Sehingga menghasilkan produk hukum syar'i hasil ijtihad Kang Hasbi bahwa memberi isyarat telunjuk itu dengan tidak digerak-gerakkan lebih mendekati kebenaran daripada yang digerak-gerakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar